Minggu, 07 September 2008

PROFILE SMAI AL-AZHAR 4 BEKASI






Sejarah SMA I Al azhar 4


Sejarah Al Azhar Sejarah pendidikan Islam memiliki kaitan yang sangat erat dengan masjid. Karena itu bila membicarakan masjid, berarti membicarakan suatu tempat yang dipandang azasi untuk menyiarkan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Jamaah yang duduk melingkar di masjid, merupakan lingkaran-lingkaran pengajaran (halaqah) yang diadakan di masjid-masjid semenjak masjid didirikan. Keadaan seperti itu berjalan terus sepanjang tahun dan tiada putus-putusnya diseluruh negeri muslim. Pada masa Rasulullah SAW hingga Khulafaur Rasyidin (632 -661M) tempat belajar berlangsung di Masjid Nabawi. Kemudian pada masa Bani Umayah dan Bani Abbas, kendatipun ilmu pengetahuan telah berkembang dalam berbagai cabang, namun masjid masih tetap menjadi tempat yang baik untuk belajar. Apalagi masjid-masjid masa itu, sudah dilengkapi dengan ruang belajar, ruang baca dan ruang perpustakaan. Para ulama dan sarjana mengajar dengan sistem halaqah seperti di Masjid Al Haram Makkah, Masjid Nabawi di Madinah, serta masjid-masjid di Baghdad, Kufah, Bashra, Damascus, dan Kairo. Hal yang sama juga terjadi di negeri-negeri Islam lainnya, seperti Spayol, Afrika Utara, Persia, India hingga Indonesia. Di Masjid Agung Al Azhar Kebayoran Baru Jakarta, keadaannya juga tidak berbeda dengan negeri-negeri Islam lainnya. Sehabis Subuh Imam Besar, Buya Hamka menggelar pengajian, mengupas isi kandungan Al Qur’an di depan para jamaah yang duduk bersila mengelilinginya. Sedang sore harinya, anak-anak kecil belajar membaca dan menulis Al Qur’an. Mereka duduk bersila di depan kitab suci Al Qur’an yang diletakkan di atas rehal masing-masing. Lambat laun , anak-anak yang mengaji terus bertambah. Materi yang diajarkan tidak lagi hanya membaca dan menulis Al Qur’an, tapi juga Al Hadits, karena keduanya merupakan sumber utama Agama Islam. Juga belajar tauhid, ibadah, akhlak serta tarikh. Lantas duduknya tidak lagi bersila di depan rehal, melainkan di bangku-bangku panjang dari kayu. Salah seorang jama’ah Masjid Agung Al Azhar, Abdullah Hakim, kala itu mengusulkan (Maret 1963) agar pengajian anak-anak sore hari ditingkatkan mutu dan penyelenggaraannya, yaitu dengan membentuk suatu lembaga pendidikan yang di dalamnya terdiri dari TK, SD, SLTP, SMA bahkan sampai ke Perguruan Tinggi. Akhirnya pada tahun itu pula, 1963 Sekolah Islam Sore, sejenis Madrasah Diniyah yang kelak diberi nama Pendidikan Islam Al Azhar (PIA) pun dibuka. Disusul berikutnya, awal Agustus 1964, TK Islam Al Azhar dan SD Islam Al Azhar. Kemudian SLTP Islam Al Azhar (1971), serta SMA Islam Al Azhar (1976) dan Universitas Al Azhar (2000). Sewaktu mencatatkan pendirian Yayasan Pesantren Islam Al Azhar pada hari Senin, tanggal 7 April 1952, telah disepakati maksud dan tujuan Yayasan adalah:”Membina dan mengembangkan pendidikan Islam dalam arti kata yang seluas-luasnya serta meningkatkan mutu dan menyebarkan syiar Islam, baik melalui media pendidikan, dakwah, bimbingan ibadah, seni budaya dan lain sebagainya, serta membentuk masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa kepada Allah, cinta bangsa dan negara serta bergerak di bidang social dalam rangka Izzul Islam wal Muslimin”. Kini Masjid Agung Al Azhar di Kebayoran Baru telah tumbuh menjadi Masjid yang benar-benar agung, indah dan megah. Al Azhar sebuah nama yang dinisbatkan kepada Fatimah az Zahra, putri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallama, adalah nama yang diberikan kepada Masjid Agung Kebayoran Baru Jakarta oleh Syeikh Jami’ Al Azhar, Kairo yaitu Bapak Prof. Mahmoud Syaltout sewaktu beliau berkunjung ke Indonesia pada tahun 1960 ketika menjadi tamu Negara. Kini Al Azhar telah berkembang pesat dan mengepakkan sayapnya hingga di seluruh tanah air. Bukan hanya di jalan Sisingamangaraja Kebayoran Baru atau DKI dan sekitarnya saja tetapi telah meluas sampai ke Bekasi, Tangerang, Serang, Bogor, Cianjur, Bandung, Cirebon Sukabumi, Cilacap, Semarang, Solo, Salatiga, Jogjakarta, Surabaya dan Pontianak. Jumlah TK I Al Azhar seluruhnya ada … sekolah, SD I Al Azhar ada 31 sekolah, SMP I Al Azhar ada 19 sekolah, SMA I Al Azhar ada 6 sekolah dan sebuah Universitas Al Azhar Indonesia (UIA). Sejarah SMA I Al Azhar 4 Bekasi SMA I Al Azhar 4 dibuka pada tahun 1995 dengan jumlah murid 79 orang, berlokasi di SMP I Al Azhar 6 Jakapermai lantai tiga. Dipimpin seorang Kepala Sekolah bernama Drs. Santoso, dibantu 15 orang guru yaitu H. Sachrodji, H. Tobrani ,H. Rujito Alm., Hj. Nita Noriko, Akhmad Faizin, Ayub Ardiyandi, Purnomowati, Ai Kiki Rokibah, Untari, Abdullah Hafidzi, Tri Sadono, Abdur Razak, Isma L, Ade Budi M, dan seorang pegawai tata usaha yaitu Zaiddun An Annadwi serta petugas kebersihan yaitu Mamat Muhyiddin. Tahun ke dua lokasi SMA I Al Azhar 4 pindah ke SD I Al Azhar 9 Kemang Pratama lantai tiga, dengan jumlah murid 160 orang dan pada tanggal 2 Mei 1996 keluar SK Kepala Depdikbud Propinsi Jawa Barat, Nomor:27/1.02/Kep/OT/1996. Kemudian pada tahun ketiga SMA I Al Azhar 4 sudah menempati gedung baru berlantai empat, meski masih tahap finishing dan bersamaan dengan itu (TP 1997/1998) untuk pertama kalinya sekolah menyelenggarakan EBTA / EBTANAS dan bergabung dengan SMAN 6 Bekasi. Al Hamdulillah hasilnya lulus 100%, sehingga TP. 1998/1999 sudah diizinkan melaksanakan EBTA/EBTANAS secara mandiri, dan hasilnya juga lulus 100%. Namun yang lebih membanggakan adalah SMA I Al Azhar 4 di tingkat kota Bekasi dapat menduduki peringkat terbaik 1 untuk IPS dan peringkat 2 untuk IPA berdasarkan rata-rata hasil ujian nasional. Setelah bisa menyelenggarakan ujian mandiri, datang team penilai dari Kanwil Dep. Dikbud Propinsi Jawa Barat untuk melakukan akreditasi ke SMA I Al Azhar 4. Mereka melakukan penilaian terhadap 7 komponen sekolah. Yaitu 1) Administrasi sekolah, 2) Kelembagaan, 3) Ketenagaan, 4)Kurikulum, 5) Siswa, 6) Sarana Prasarana, 7) Situasi umum. Hasil penilaian itu menunjukkan SMAI Al Azhar 4 Bekasi memperoleh nilai 93. Dengan penilaian yang cukup tinggi itu, maka pada tanggal 27 September 1999, Depdikbud telah memberikan ”Piagam Jenjang Akreditasi Disamakan kepada SMUI Al Azhar 4, yang berlaku hingga tahun 2004. Drs. Cecep Kurnia Sogoz yang menggantikan posisi Drs. Santoso sebagai Kepala Sekolah bersama dewan guru dan Yayasan Waqaf Al Muhajirin Jakapermai terus memacu agar sekolah yang dibinanya semakin berkualitas, baik secara akademis maupun non akademis. Buah dari kesungguhan seluruh komponen sekolah, memperlihatkan hasilnya, seperti dalam seleksi murid Teladan se Propinsi Jawa Barat sejak Juli 2000 hingga sekarang tahun 2006 selalu mendapatkan predikat Murid Teladan I, termasuk guru-gurunya pun mendapatkan predikat yang sama. Prestasi lainnya, seperti meraih Karya Cipta Terbaik I dalam lomba Karya Ilmiyah Remaja Duppont Science Fair LIPI Se-Indonesia November 1999, Jurara II Penulisan Esai Hubungan Indonesia Jepang, Tingkat Nasional Januari 2001, Juara III Seleksi Lomba Karya Ilmiyah se Indonesia dalam Asian Physics Olimpiade April 2000. Dalam hubungannya dengan institusi luar negeri, SMA I Al Azhar 4 selalu menjadi tempat bagi para pelajar asing yang melakukan home stay di Indonesia untuk beberapa bulan hingga satu Tahun Pelajaran, mereka ada yang berasal dari Denmark, Belgia, Belanda, Mesir dsb. Bahkan pada tanggal 11November 2006 kemarin, SMA I Al Azhar 4 menerima kunjungan Rektor KwungSyung University yang sengaja datang dari Korea Selatan untuk menjalin kerja sama di bidang Media Pembelajaran. Dalam pengembangan bakat, potensi atau prestasi non akademis, seluruh peserta didik SMA I Al Azhar 4 dapat menyalurkan dan mengapresiasikan lewat kegiatan-kegiatan ekskul seperti broadcast, bola, basket, mandarin musik, tae kwon do, PMR, Paskibra, KIR, Teater, KPI, Kombuser, Marawis dan Tari Saman. Dari kegiatan ekskul ini banyak prestasi yang telah diukir untuk SMA I Al Azhar 4, sehingga tidaklah berlebihan jika Tari Saman SMA I Al Azhar 4 pernah menjadi duta budaya untuk negeri jiran Malaysia. Akhmad Faizin S.Ag (Waka. SMA Islam Al Azhar 4 Bekasi)